Shalahuddin Al-Ayyubi
Profil
Nama : Salah al-Din Yusuf Ibn Ayyub (Shalahuddin Al-Ayyubi )
lahir : tahun 532 H/ 1138 M
Ayah : Najmuddin Ayyub
kota kelahiran : Tikrit,(kurdi)
Dinasti : Ayyubiyyah
Meninggal : 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan : Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Dimakamkan : Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Nama julukannya Shalahuddin Al-Ayyubi sedangkan nama asli beliau adalah Salah al-Din Yusuf Ibn Ayyub. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Lahir pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq.
Sebelum kita melihat sejarah ada hal yang menrik tentang beliau saat di Tanya mengapa ia selalu serius dan tidak pernah tertawa ..beliaupun menjawab
" Bagaimana aku ingin tertawa sedangkan masjid Al-Aqsha masih dibawah jajahan musuh "
Beliau bukan orang Arab bukan pula orang Palestina namun beliau menghabiskan waktunya untuk membebaskan Palestina dan Al-Aqsha, semata mata karena kecintaanya terhadap agama islam dan menyebarkan panji jihad fisabillilah yang saat itu sedang terdholimi oleh tirani orang Kristen
Sejarah perjalanan Shalahuddin atau orang barat menyebutnya Saladin
Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus dan menjadi tentara Sultan Nuruddin, yang menjadi penguasa Suriah waktu itu.
Beliau terkenal sangat pemberani, setelah berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran. Oleh tentara Zangi yang dipimpin oleh Shirkuh pamannya sendiri dan sejak itu pangkatnya naik,
Setelah pamannya wafat Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) sebagai penggatinya .
Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib.
Shalahuddin dimasanya terkenal sebagai penguasa yang tegas beliau juga memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme di waktu itu. pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah yang terkenal dengan ajaran syiah nya supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad.tak sampai di situ, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia. tiga tahun , sesudah kematian Sultan Nuruddin,
hingga satu persatu wilayah strategis dan penting berhasil dikuasinya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186).
Sebagaimana diketahui, berkat perjanjian yang ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius menyusul jatuhnya Antioch, Damaskus, dan Yerusalem pada tahun 636 M, orang-orang Islam, Yahudi dan Nasrani hidup rukun dan damai di Suriah dan Palestina.mereka bebas dan aman menjalankan ajaran agama masing-masing di kota suci tersebut. Perang Salib Namun kerukunan yang telah berlangsung selama lebih 460 tahun itu kemudian porak-poranda akibat berbagai hasutan dan fitnah yang digembar-gemborkan oleh seorang patriarch bernama Ermite. Provokator ini berhasil mengobarkan semangat Paus Urbanus yang lantas mengirim ratusan ribu orang ke Yerusalem untuk Perang Salib Pertama. Kota suci ini berhasil mereka rebut pada tahun 1099.Ratusan ribu orang Islam dibunuh dengan kejam dan biadab, sebagaimana mereka akui sendiri: “In Solomon’s Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horses.” Menyadari betapa pentingnya kedudukan Baitul Maqdis bagi ummat Islam dan mendengar kezaliman orang-orang Kristen di sana, maka pada tahun 1187 Shalahuddin memimpin serangan ke Yerusalem. Orang Kristen mencatatnya sebagai Perang Salib ke-2.
Pasukan Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee pada 4 July 1187. Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali.
Berita jatuhnya Yerusalem menggegerkan seluruh dunia Kristen dan Eropa khususnya. Pada tahun 1189 tentara Kristen melancarkan serangan balik (Perang Salib ke-3), dipimpin langsung oleh Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus dan Raja Inggris Richard ‘the Lion Heart’. Perang berlangsung cukup lama. Baitul Maqdis berhasil dipertahankan, dan gencatan senjata akhirnya disepakati oleh kedua-belah pihak.
Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah Palestina menjadi dua: daerah pesisir Laut Tengah bagi orang Kristen, sedangkan daerah perkotaan untuk orang Islam; namun demikian kedua-belah pihak boleh berkunjung ke daerah lain dengan aman.
Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya.
Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Parcel untuk Musuh Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.
Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja.
Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya. Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidak nepotis atau pilih kasih.
Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan. Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya. Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang:
“Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.”
terima kasih telah membaca Artikel saya kali ini tentang Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi yang saya ambil
dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERKOMENTAR DI SINI